Belajar merupakan kegiatan dimana seorang anak mempelajari hal baru yang belum dikuasai. Sekolah menjadi sarana pendidikan formal bagi seseorang untuk dapat belajar banyak hal, mengenai pelajaran di sekolah maupun belajar tentang kehidupan. Biasanya belajar hanya dilakukan di ruangan kelas dimana satu orang guru berdiri di hadapan para murid dan mulai menjelaskan materi pelajaran. Dapat dibayangkan jika rutinitas belajar hanya berlangsung seperti itu saja setiap harinya, apa yang akan terjadi dengan karakter dan mental murid? Dalam satu ruangan yang tidak terlalu besar, memandang hal yang sama setiap harinya. Sungguh membosankan bukan? Memang, terkadang ada kalanya guru mengajak murid untuk belajar di luar kelas namun masih dalam lingkungan sekolah saja.
Wisata edukasi bukan hanya mengenai belajar di luar ruang kelas. Terlebih dari itu, wisata edukasi ingin mengajak murid dan guru pergi sejenak dan menjauh dari lingkungan sekolah untuk melihat dunia luar. Hal ini juga dapat menghindari guru dan murid dari rasa bosan berada di kelas dan lingkungan sekolah setiap harinya. Oleh karena itu, sarana pendidikan di Indonesia telah berkembang dan banyak murid yang membutuhkan kegiatan wisata edukasi ini. Berikut alasan mengapa murid membutuhkan wisata edukasi:
1. Komunikasi dengan orang lain –selain lingkungan keluarga dan sekolah
Komunikasi sangat penting dalam proses kehidupan seseorang, terlebih lagi bagi seorang anak yang sedang tumbuh kembang. Pertama-tama mulai dari keluarga, seorang anak diajarkan untuk dapat berkomunikasi dengan baik. Sehingga saat masuk sekolah, anak-anak tidak merasa canggung untuk berkomunikasi dengan orang lain lagi. Namun, cukup membosankan bagi seorang anak jika hanya berkomunikasi dengan keluarga dan lingkungan sekolah saja. Wisata edukasi bukan hanya sekedar memberikan edukasi saat berwisata tetapi juga membantu anak untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain yang baru pertama kali ditemui. Memang komunikasi merupakan hal mendasar dalam beraktivitas, tetapi komunikasi dengan orang harus dilatih sejak usia dini. Dengan adanya wisata edukasi akan mempermudah anak untuk beradaptasi bahkan dengan orang yang baru pertama kali ditemui sekalipun.
2. Mempererat hubungan antara murid dengan guru
Dalam suasana belajar di ruang kelas, guru formal akan mengajar secara formal sesuai dengan kurikulum. Dengan adanya wisata sekolah, guru akan mengambil peran sebagai pendamping anak saat merasakan pengalaman belajar luar ruangan. Dalam kesempatan ini pula, hubungan antara guru dengan murid akan terjalin semakin kuat. Mengapa penting menjalin hubungan antara guru dengan murid? Karena guru juga merupakan pengganti orang tua bagi para murid selama di sekolah. Setelah melakukan wisata edukasi, diharapkan guru dapat menjalin relasi yang lebih dekat dengan murid yang juga dapat memperlancar kegiatan belajar mengajar dalam ruangan nantinya.
3. Memperkenalkan anak dengan dunia luar
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan begitu banyak suku dan adat istiadat. Anak-anak dapat mempelajari tentang rumah adat, pakaian adat, budaya, dan lain-lain dengan menggunakan buku dan penjelasan dari guru. Anak-anak dapat mengingat dan menghafal apa yang ada di buku, namun hanya 1 dari 10 anak yang telah melihat secara langsung rumah adat dan pakaian adat yang ada di Indonesia. Wisata sekolah memberikan kesempatan juga kepada guru untuk menjelaskan dengan lebih muda apa yang ada dalam buku melalui perkenalan secara langsung akan budaya yang ada. Tentu akan lebih mudah ketika menjelaskan secara langsung daripada hanya menjelaskan yang terpapar dalam buku.
4. Merangsang saraf motorik anak
Berapa banyak anak Indonesia yang mengetahui asal usul nasi yang mereka konsumsi setiap harinya? Tidak sampai 50% dari anak-anak di Indonesia, khususnya yang tinggal di daerah perkotaan, belum pernah melihat tanaman padi. Di sekolah telah diajarkan mengenai asal usul nasi, dari bibit kemudian menjadi tumbuhan padi, yang dapat dituai dan diolah menjadi beras kemudian dimasak menjadi nasi. Mereka telah mengetahui tahapan ini namun belum pernah melihat secara langsung. Karena pengetahuan saja tanpa pengalaman tidaklah cukup dalam proses pembelajaran seorang anak. Wisata edukasi ingin mengajarkan anak bukan hanya untuk mengetahui proses menanam padi, tapi juga dapat merasakan bagaimana caranya menanam padi sendiri. Hal ini dapat merangsang saraf motorik anak dimana ketika mereka beraktivitas mereka akan lebih mudah mengingat hal demi hal yang dialami.
5. Merangsang keberanian anak
Keberanian merupakan hal yang didapat dari pengalaman saat melakukan aktivitas. Berani memulai suatu hal baru berawal dari rasa penasaran. Ketika anak-anak bertemu dengan hal baru yang belum pernah dijumpai sebelumnya, ia akan merasa penasaran yang kemudian ingin turut merasakan hal tersebut. Misalnya ketika anak-anak melihat sapi perah, mereka tahu jika susu yang mereka konsumsi berasal dari perahan sapi dan merasa penasaran bagaimana caranya memerah susu sapi. Rasa penasaran akan membawa mereka untuk ingin belajar caranya memerah sapi. Wisata edukasi menuntun anak-anak untuk menggunakan keberanian mereka ketika dihadapkan dengan hal baru. Hal ini dapat berguna pula bagi pembentukan karakter dan mental mereka.
6. Memberi pengalaman belajar luar ruangan
Ketika anak-anak belajar menggunakan buku, terkadang mereka akan mengalihkan rasa bosan mereka sejenak dengan bermain atau melakukan aktivitas lainnya. Ketika melakukan wisata edukasi, seberapa banyakpun pelajaran yang diajarkan, mereka akan mengingatnya sebagai sebuah pengalaman yang tak terlupakan dan menyenangkan. Mereka dapat menikmati liburan satu hari yang jauh dari sekolah namun tetap memberi pelajaran dan pengalaman. Murid akan bersenang-senang dengan teman maupun guru mereka dan membawa penglaman tersebut ketika kembali ke sekolah. Wisata edukasi ingin menghindari rasa bosan murid dari kegiatan belajar yang hanya dilakukan dalam kelas saja.
7. Membentuk karakter dan mental anak
Seperti halnya buang sampah, di tempat wisata banyak sekali sampah berserakkan, pentingnya hal ini ditanamkan ke anak agar mereka mengetahui bahwa hal tersebut tidak baik. Karakter dan mental anak dibentuk sejak usia dini. Wisata edukasi sadar betul tentang pentingnya memberikan pendidikan mental dan karakter anak sejak dini. Banyak orang beranggapan bahwa seorang anak dianggap cerdas ketika sudah bisa membaca, menulis, dan menghitung sejak dini. Para orangtua mengabaikan pentingnya menanamkan karakter yang baik kepada anak. Padahal seharusnya pendidikan karakter dan mental anak harus lebih difokuskan. Misalnya dalam hal membuang sampah. Banyak ditemui sampah dibuang tidak pada tempatnya di berbagai tempat wisata. Dengan mengajak anak untuk wisata edukasi, akan memberikan pengertian bahwa sampah merupakan sesuatu yang tidak terpakai lagi dan harus dibuang pada tempatnya. Anak-anak akan diajarkan bahwa membuang sampah tidak pada tempatnya akan merusak lingkungan dan bukanlah suatu hal yang baik. Ketika anak-anak dihadapkan dengan kenyataan banyaknya sampah berserakkan, mereka akan diajak untuk berpikir jika sampah tersebut terus-menerus menumpuk pada tempat yang bukan seharusnya. Dengan demikian mereka akan turut merasakan sendiri pentingnya menjaga lingkungan.
8. Mengajak anak untuk mengeksplor dunia nyata
Tidak dapat dipungkiri bahwa anak generasi milenial yang sudah mengenal teknologi mampu belajar melalui gadget. Banyak hal yang dapat dipelajari hanya dengan satu genggaman saja. Bahkan gadget dan penggunaan internet dapat membuka wawasan mereka untuk dapat mempelajari hal yang tidak didapat di sekolah. Seperti halnya memetik buah stroberi. Mungkin mereka telah menyaksikan video Youtube bagaimana caranya memetik stroberi di kebun stroberi. Tapi wisata edukasi mengajak anak untuk dapat melihat dan merasakan langsung. Tidak hanya mempelajari melalui buku atau gadget, tetapi dapat belajar di dunia nyata. Wisata edukasi menawarkan bagaimana rasanya memegang buah stroberi yang masih berada di pohonnya. Wisata edukasi ingin membawa anak kepada pembelajaran yang sesungguhnya pada dunia nyata, tidak hanya menyaksikan video atau membaca artikel di internet. Karena untuk mengetahui keadaan dunia luar, anak harus merasakannya sendiri, tidak cukup jika hanya melalui gadget saja.