Study tour adalah miniatur kehidupan sosial. Ketika siswa dari berbagai latar belakang menghabiskan waktu bersama 24 jam sehari, gesekan atau konflik pasti terjadi, mulai dari masalah kamar, jadwal, hingga perbedaan pendapat. Daripada dihindari, konflik harus dilihat sebagai kesempatan emas untuk belajar mengelola konflik study tour dan melatih kedewasaan emosi mereka.
Konflik: Ujian Nyata Leadership dan Komunikasi:
-
Belajar Komunikasi Asertif: Konflik mengajarkan siswa untuk menyampaikan ketidaksetujuan atau kebutuhan mereka secara jelas dan sopan, tanpa menyerang pribadi lain. Ini adalah fondasi komunikasi yang sehat.
-
Latihan Mediasi Dini: Siswa yang mengambil peran penengah (mediator) dalam kelompok melatih keterampilan Leadership yang berharga—kemampuan untuk mendengarkan dua sisi, mencari akar masalah, dan mengarahkan ke solusi win-win.
-
Pentingnya Empati: Seringkali, konflik timbul karena kurangnya pemahaman terhadap perasaan atau kebiasaan orang lain. Konflik memaksa siswa untuk melatih empati dan menghargai perbedaan latar belakang (Experience).
-
Penguatan Solidaritas: Kelompok yang berhasil menyelesaikan konflik akan keluar dengan ikatan yang jauh lebih kuat (bonding). Mereka belajar bahwa perpecahan adalah hal yang wajar, tetapi persatuan adalah pilihan.
Fasilitator WisataSekolah.com dilatih untuk menggunakan konflik kecil sebagai alat pembelajaran. Kami mengajarkan siswa teknik mengelola konflik study tour melalui sesi debriefing terstruktur setelah setiap insiden, mengubah pengalaman tidak nyaman menjadi pelajaran hidup terbaik. Harvard Business Review juga menekankan pentingnya mengelola konflik untuk Leadership yang kuat.
Baca juga: Mengapa Keamanan Wisata Edukasi Harus Jadi Prioritas Utama?