Pada dasarnya setiap manusia memiliki potensi kecerdasan yang sama. Baik secara intelektual (IQ), emosi (EQ), dan spiritual (SQ). Namun terkadang permasalahan terjadi ketika ketiga kecerdasan tadi tidak distimulasi dengan baik.
Peran orang tua sebagai orang terdekat pada anak dirasa sebagai kunci pokok dalam menstimulasi dan menanamkan ketiga kecerdasan tersebut. Dan lingkungan sebagai tempat anak tumbuh menjadi kunci kedua dalam membentuk kecerdasan tersebut.
Menanamkan dan menstimulasi anak secara intelektual dapat di mulai sejak masa pranatal, sejak anak masih ada dalam kandungan ibunya. Sedang menanamkan dan menstimulasi kecerdasan emosi dan spiritual anak menjadi tugas orang tua setelah anak mulai memahami tentang norma dan aturan-aturan dan memilihkan lingkungan yang tepat untuk mengoptimalkan kecerdasan secara emosi dan spiritual.
Kecerdasan spiritual perlu dilakukan sejak dini, agar seorang anak dapat memiliki kepekaan batin dan jiwa terhadap diri sendiri maupun orang lain. Di samping itu, dengan mengembangkan kecerdasan spiritual seorang anak akan lebih mampu mengenali dirinya sendiri, seperti kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Dengan demikian anak akan mampu menutupi kekurangan dirinya dengan mengasah kelebihannya secara maksimal agar sukses di masa depan.
Berikut beberapa kiat menumbuhkan kecerdasan spiritual pada anak:
Memancing kreativitas anak untuk bertanya, terutama pertanyaan-pertanyaan yang mendasar seperti pertanyaan mengenai Tuhan, terjadinya alam semesta, tentang keberadaan dirinya, cinta, dan sebagainya. Siapkan jawaban-jawaban yang bijaksana.
Dengarkan mereka sehingga mereka merasa bebas mengekspresikan perasaan, khayalan dan sudut pandangan mereka. Jadilah orang tua yang dapat dipercaya oleh mereka.
Ajak anak terlibat dalam ritual atau aktivitas keagamaan atau spiritual, jelaskan maknanya.
Jangan pernah bosan dan lelah membimbing mereka, karena semua proses membutuhkan waktu. Dampingi dengan penuh kasih sayang.
Kecerdasan Emosi
Dahulu orang lebih mengandalkan sesuatu berdasarkan pada kecerdasan intelektual (IQ).Seiring dengan perkembangan zaman kondisi tersebut berubah dengan keberadaan EQ (Emotional Quotient).Dahulu banyak yang berpendapat bahwa orang yang memiliki IQ tinggi akan memberikan pengaruh sangat besar bagi peradaban dunia. Sekarang pernyataan tersebut dibantah dengan kenyataan yang menunjukkan bahwa IQ tinggi bukanlah jaminan seseorang agar dapat sukses, melainkan harus pula dengan dukungan EQ. Riset membuktikan bahwa seorang eksekutif atau profesional yang memiliki EQ tinggi adalah orang yang mampu mengatasi konflik yang sedang dihadapinya.
Dalam berbagai situasi, EQ mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan IQ, seperti dalam penetapan sebuah visi, cara untuk berkomitmen dll. Pengembangan EQ dalam dunia pendidikan masih tergolong lemah, semuanya lebih dialihkan pada kemampuan atau kecerdasan intelektual (IQ) semata. Padahal IQ hanyalah suatu “kemampuan dasar” yang cenderung terbatas pada keterampilan standar dalam melakukan suatu aktivitas.
Berbeda jika EQ diterapkan dalam pendidikan formal maupun nonformal, maka adanya dorongan untuk menjadi orang yang sukses bukan sesuatu yang sulit diraih. Goleman menerangkan dalam bukunya tentang keunggulan EQ dalam mencapai prestasi.Alhasil,dari teori tersebut banyak diciptakan orang-orang sukses, tidak hanya di negaranya, bahkan di seluruh dunia, seperti yang terjadi pada Bill Gates, orang terkaya di dunia.
Berdasarkan hasil survei di Amerika Serikat pada tahun 1918 tentang IQ, ternyata ditemukan sebuah paradoks yang membahayakan. Sementara skor IQ anak-anak makin tinggi, kecerdasan emosi mereka justru menurun. Yang paling mengkhawatirkan adalah data hasil survei besar-besaran terhadap orang tua dan guru bahwa anak-anak generasi sekarang lebih sering mengalami masalah emosi bila dibandingkan dengan generasi terdahulunya. Ditemukan inti kemampuan pribadi dan sosial yang sama, yang terbukti kemudian menjadi inti utama keberhasilan yaitu Kecerdasan Emosi.
Apa yang dimaksud dengan kecerdasan emosi (EQ), yang dipercaya mempunyai peranan penting dalam usahanya mencapai suatu kesuksesan? Robert K.Cooper, Ph.D. menjawab bahwa “Kecerdasan Emosi adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya serta kepekaan emosi sebagai sumber energi,informasi,koneksi dan pengaruh yang manusiawi.”
Jadi, jelas sekali bahwa kecerdasan emosi (EQ) bersumber dari hati yang sebenarnya adalah kekuatan yang melebihi kemampuan dari intelektual (IQ) yang mampu mengarahkan manusia untuk mencapai apa yang menjadi keinginannya.
Satu hal yang harus diperhatikan dari EQ ini yaitu jangan hanya menjadikannya sebagai suatu ilmu saja tanpa adanya realisasi yang nyata.Artinya,terkadang kita tahu tentang hal yang baik dan buruk. Di sinilah pentingnya realisasi atau pelatihan dari apa yang sudah dipelajari.
Karyawan cenderung bersemangat untuk mempraktikkannya secara nyata. Namun kondisi tersebut tidak berlangsung lama, karena mereka kembali pada keadaan sebelumnya dengan alasan tertentu. Sehingga apa yang pernah dipelajari pada waktu pelatihan seakan tidak pernah terjadi.
Di samping itu, melatih kecerdasan emosi tidak cukup hanya dengan membaca buku atau dipraktikkan selama beberapa kali saja, tetapi harus dilakukan secara berkesinambungan sampai akhirnya membentuk suatu karakter bagi manusia itu sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh Stephen R. Covey,yaitu”Taburlah gagasan, petiklah perbuatan, taburlah perbuatan, petiklah kebiasaan, taburlah kebiasaan, petiklah karakter, taburlah karakter, petiklah nasib.”
Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual berhubungan dengan perlindungan dan pengembangan jiwa, yang dalam Kamus Bahasa Inggris Oxford didefinisikan sebagai “identitas moral dan emosional” serta intensitas dari “energi intelektual dan emosional”.
Kecerdasan spiritual (SQ), pertama kali dicetuskan oleh Danah Zohar dari Harvard University dan Ian Marshall dari Oxford University yang diperoleh berdasarkan penelitian ilmiah yang sangat komprehensif.Pada tahun 1977, seorang ahli syaraf, V.S. Ramachandran bersama dengan timnya dari California University, menemukan keberadaan God Spot dalam jaringan otak manusia dan ini adalah pusat spiritual (spiritual center) yang terletak di antara jaringan syaraf dan otak.
Kemudian dari spiritual center ini akan menghasilkan suara hati yang memiliki kemampuan lebih dalam menilai suatu kebenaran bila dibandingkan dengan pancaindra. Begitu hebatnya kekuatan dari suara hati yang berada di dalam God Spot, tetapi bagaimana bentuk dan jenisnya itu, belum ada satu orang penulis barat yang dapat mengidentifikasi suara hati tersebut.
Dilihat dari sejarahnya, antara EQ dan SQ memiliki jalan yang bertolak belakang, di mana pendukung aliran spiritual mencoba untuk menghalangi realitas ilmu. Walaupun keduanya berbeda, namun sebenarnya antara EQ dan SQ mempunyai kemampuan yang sama pentingnya dan saling mengisi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian terangkum ke dalam ESQ (Emotional and Spiritual Quotient), yaitu tingkat pemikiran baru yang dapat mengatasi permasalahan dalam hal pengembangan emosi dan spiritual berdasarkan prinsip. Adanya penggabungan ini dapat membentuk pribadi yang optimis, memiliki kepercayaan diri yang tinggi, berkreativitas, memiliki ketahanan mental, berintegrasi dan sebagainya yang kemudian dapat memberikan kesuksesan dalam kehidupan.
Meningkatkan Kecerdasan Emosi dan Spiritual
Kecerdasan emosi (EQ) ataupun Kecerdasan Spiritual (SQ), memiliki kekuatan yang lebih besar untuk mencapai kesuksesan dalam karier bila dibandingkan dengan kecerdasan intelektual (IQ).Tetapi, bagaimana caranya untuk meningkatkan ESQ yang ada di dalam diri? Daniel Goleman, seorang ahli dan peneliti tentang kecerdasan emosi, menjawab bahwa dalam meningkatkan EQ sangat berbeda dengan IQ, yang umumnya hampir tidak berubah selama kita hidup. Bila kemampuan murni kognitif relatif tidak berubah, kecakapan emosi dapat dipelajari kapan saja. Tidak peduli orang yang tidak peka, pemalu, pemarah, kikuk atau sulit bergaul dengan orang lain, dengan motivasi dan usaha yang benar kita dapat mempelajari dan menguasai kecakapan emosi.
Peningkatan EQ menurut Robert K. Cooper, Ph.D. dan Ayman Sawaf,yaitu: ”Duduklah dengan tenang, pasang telinga hati Anda, keluarlah dari pikiran Anda dan masuklah ke dalam hati.- yang penting di sini menulis apa yang Anda rasakan.”
Tujuan utama dari cara tersebut yaitu agar dapat masuk ke dalam hati dan keluar melalui pikiran. Keterkaitan yang erat antara ESQ dengan suara hati dapat menumbuhkan kekuatan yang tersembunyi di dalam jiwa dan mencerdaskan emosi serta spiritual Anda.